Cinta Tanah Air bukan Ajang Keren-Kerenan
Cinta Tanah Air bukan Ajang Keren-Kerenan Indonesia kaya akan keragaman suku, ras, dan budaya, sebagai rakyat Indonesia seharusnya kita mencintai keanekaragaman tersebut. Sama halnya dengan gadis cantik yang satu ini, […]

Cinta Tanah Air bukan Ajang Keren-Kerenan
Indonesia kaya akan keragaman suku, ras, dan budaya, sebagai rakyat Indonesia seharusnya kita mencintai keanekaragaman tersebut. Sama halnya dengan gadis cantik yang satu ini, gadis cantik dengan paras kebule-bulean ini sedang melakukan latihan menari, jarinya sangat lentik ketika melakukan gerakan tersebut, lekukan tubuhnya sangat indah ketika bergerak sesuai dengan iringan nada. Namanya adalah Natasya, saat ini ia duduk di bangku kelas XI, di salah satu SMA yang ada di Bali. Seminggu dua kali setelah pulang sekolah ia akan mengikuti kelas menari, ia sangat menyukai budaya yang ada di Indonesia, terutama Bali. Keanekaragaman budaya yang ada disana membuatnya jatuh cinta.
Natasya Shine biasa dipanggil Tasya, ia adalah gadis keturunan Indonesia dan Belanda, ya Ayahnya berkebangsaan Belanda. Tapi telah lama memutuskan tinggal di Bali ketika menikah dengan Ibunya. Ayah dan Ibu Natasya selalu mengajarkan tentang keanekaragaman di Indonesia. Gadis itu selalu menemukan kesenangan ketika membahas tentang tanah kelahirannya yaitu Indonesia.
Hari semakin sore, kelas menari Natasya telah selesai. Ia sedang menunggu jemputan, duduk di salah satu bangku yang ada di pinggir jalan, ia sedang mendengarkan musik menggunakan earphonenya
“Lo norak banget sih, udah kedengeran di telinga gue, mending selera musik lo keren. Penampilan aja bule tapi seleranya yaampun euhhh” Ucap seorang wanita dengan nada mengejek
Natasya pun membuka earphone yang sejak tadi bertengger di telinganya “Lo ngomong sama gue?” Tanya Natasya bingung
“Ya lo pikir gue ngomong sama angin gitu? Ucap wanita itu sewot, namanya adalah Tari
“Ohhh, sory gue gak denger. Tadi ngomong apa?
“Selera musik lo narak!!”
“Musik yang gue denger keren kok, lo harus tau ini salah satu musik ciptaan anak negeri yang ngangkat bahasa sendiri. Jarang banget anak negeri kita mau ngangkat musik pop dengan bahasa daerah sendiri” Ucap Natasya memberitahu dengan sangat antusias
“Apaan sih, gak jelas” Ucapnya berlalu pergi meninggalkan Natasya
Natasya pun tidak peduli, ia melanjutkan nyanyiannya yang sempat tertunda akibat ulah Tari “Oh adoh-adoh jang ganggu yang itu sa punya jang ganggu ko pi cari yang lain sudah tra usah jadi pengganggu….uuu…uuu”
*****
Bell istirahat telah berbunyi para siswa berhamburan keluar untuk melakukan rutinitas seperti biasa, makan atau sekedar jajan di kantin untuk mengisi perut mereka. Tetapi tidak untuk seorang Natasya ia dipanggil wali kelasnya untuk menghadap. Gadis itu kembali bertemu dengan Tari, teman rekan menarinya dan teman satu sekolahnya. Tidak bisa dikatakan teman sih. Karena, Tari terlihat begitu judes pada Natasya, entah Tasya salah apa padanya sehingga sikap Tari begitu dingin. Tasya pun tidak begitu mempedulikannya.
“Sini nak masuk, kenapa berdiri di depan pintu saja?” ucap bu Ida saat mengetahui Tasya hanya berdiri di ambang pintu
“Maaf bu” Ucap Tasya setelah berhadapan dengan Bu Ida
“Gapapa nak, jadi begini kalian Tasya dan Tari ada kegiatan ulang tahun bali, setiap sekolah diminta untuk mengirimkan perwakilan untuk mengikuti lomba ajang unjuk bakat. Nah pihak sekolah ingin kalian mengikuti lomba tersebut.”
“Wah bakal keren nih, udah lama saya gak ikut lomba boleh deh bu” Ucap Tari bersemangat
“Oke, berarti Tari siap. Bagaimana dengan Tasya?”
“Maaf bu, saya masih tidak yakin kalau saya bisa mengharumkan nama sekolah” ucapnya penuh keraguan
“Loh kenapa, kamu jago banget menari tradisional, khususnya tarian Bali” Ucap Bu Ida
“Yaelah, Bu orang jaman sekarang mana suka nonton Tarian begitu” Ucapnya mengejek
Bu ida menggelengkan kepala mendengarkan ucapan Tari “Ibu tidak mau tau, kamu harus ikutan lomba ini sebagai perwakilan sekolah” Ucapnya tak terbantahakan
*****
Suara alunan gong, angklung, suling, dan kolintang jika disatukan terdengar sangat indah juga sopan sekali di gendang teling. Setiap orang yang mencintai nada dari alat musik tradisional itu pasti akan menyukainya, mendengarnya sangat menenangkan. Sama seperti Natasya gadis itu begitu lihay dan terhanyut dalam tariannya, ketika mendengar alunan alat musik tradisional yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang padu.
Natasya pun tidak mengerti mengapa ia sangat mencintai tanah kelahirannya berikut dengan isi di dalamnya. Selain budaya, dirinya juga begitu mencintai alam Indonesia, pulaunya, lautannya, datarannya, pegunungannya, tebingnya, dan masih banyak hal yang menurutnya sangat menakjubkan. Natasya sangat menyayangkan orang-orang yang dengan sengaja merusak tanah air sendiri. Lebih menyukai berbagai hal yang bahkan tidak ada unsur tanah airnya, seperti lagu-lagu yang mereka dengarkan saat ini semua berasal dari luar Indonesia bahkan produk yang mereka pakai juga bukan berasal dari Indonesia.
Menurut Tasya walaupun merek Handphone nya bukan lah made-in Indonesia setidaknya ia memiliki banyak produk dalam negeri, hapal segala jenis alat musik khas Indonesia, serta jangan lupakan berbagai jenis tarian di Indonesia yang ia sangat hapal. Tasya memiliki darah Belanda jika difikir, tapi ia malah tidak tau tentang tanah kelahiran ayahnya itu.
Tinggal beberapa jam lagi lomba yang diadakan dalam rangka ulang tahun Bali akan segera dimulai, Tasya pun sudah sangat matang dalam latihannya. Ia yakin bisa tampil maksimal pada saat lomba nanti, gadis itu memang tidak memikirkan kemenangan, ia hanya memikirkan bagaimana supaya penampilannya menjadi yang terbaik, karena tarian yang ditampilkan berasal dari tanah kelahirannya sendiri. Ia menggabungkan beberapa tarian tradisional yang berasal dari provinsi yang ada di Indonesia Bali, Jawa, Aceh, Jakarta, dan Papua. Sangat mengesankan bukan? Tasya sangat berhati-hati sekali karena ia tidak ingin kesalahan sekecil apapun terjadi, saat ia akan membawakan beberapa tarian tersebut. Menurutnya ini sakral karena setiap budaya memiliki teknik sendiri dalam gerakannya.
“Udah deh lo gak usah sok berlatih keras, percuma tau gak. Gak akan ada yang ngelirik penampilan lo, juri aja ogah” Ucap Tari menghampiri Tasya yang sedang berlatih, Tari tidak sendiri ia bersama dengan teman-temannya
“Kenapa mereka ogah?” Tanya Tasya heran
“Ya karena lo itu ngebosenin tau gak, masih aja nunjukin bakat pake cara kuno”
“Haduh Tasya-Tasya, bokap lo itu berkebangsaan Belanda kenapa harus nyoreng darah bokap lu dengan terus jadi eeeuhh gini” Ucap salah satu teman Tari ikut mengejek
“Bokap gue gak malu kok punya gue, dia justru bangga sama gue. Katanya gue hebat bisa nampilin beberapa tarian tradisional yang dikombinasi jadi satu” Ucap Tasya dengan penuh keyakinan
“Hebat lo bilang? Lo ngedance kaya Tari itu baru namanya hebat, energik, gerakan sama musiknya juga gak bikin orang ngantuk, justru buat orang tertarik buat nonton” Ucap teman Tari bangga
“Udahlah ngasih tau bule lokal gini kagak paham-paham, yuk cabut” Ajak Tari pada teman-temannya
“Tunggu!!! Seseorang mencintai tanah air mereka, bukan karena tanah air itu hebat, tapi karena itu adalah milik mereka sendiri” Ucap Tasya tersenyum penuh makna, lalu meningglkan mereka semua
*****
Tasya tampil begitu memukau, suara tepuk tangan dan histeria penonton menggema di setiap sudut ruangan. Penampilan Tasya adalah satu-satunya Tarian yang berani menampilkan kombinasi dari berbagai daerah, ketukan setiap nada sesuai dengan gerakan tubuhnya. Sangat-sangat keren. Ia sungguh bangga bisa menampilkan tarian tradisional Indonesia. Tujuan sebenarnya, gadis itu hanya ingin memperkenalkan Negaranya kepada Turis-turis yang ikut menonton acara lomba dalam rangka ulang tahun Bali ini.
“Gimana gaes, penontonnya gaada yang ngantuk apalagi sampe tidur kan liat penampilan gue?” Ucap Tasya berjalan kearah Tari dan teman-temannya
“Haduhhhh, gue males ya berurusan sama orang yang sok punya jiwa nasionalisme tinggi. Munafik lo, padahal darah lo bukan asli Indonesia” Ucap Tari
“Ohh berarti mending gua dong ya, yang bukan bener-bener asli Indonesia tapi amat mencintai Indonesia? Daripada lo punya darah asli Indonesia tapi kebarat-baratan, kasian gue sama lo”
Ucapan suara MC membuat pertengkaran mereka teralihkan “ya juara pertama langsung saja kita umumkan, pemenangnya adalah…………. Siapa ya kira-kira?” Pembawa acara itu sedang membuat para pendengarnya atau penontonnya dag-dig-dug-ser, mereka semua penasaran dengan pemenangnya “Kita beri tepuk tangan yang paling meriah untuk juara satu yaitu…..Natasya Shine, kepada pemenang disilahkan naik ke atas panggung”
Tasya pun berjalan melangkahkan kakinya ke panggung, ia merasa sangat gembira. Akan tetapi ia kembali berbalik menghadap kearah Tari “Inget omongan gue tadi Tar? Seseorang mencintai Negara mereka bukan karena Negara itu hebat atau keren, tapi Negara itu milik mereka sendiri bukan milik orang lain. Belajar cinta sama tanah air sendiri, baru lo tau rasa memiliki, dan lo jadi tau apa itu jiwa nasionalisme. Sekarang bukannya yang sok-sokan nasionalisme itu elu? Gasuka segala hal yang ada di Negara ini tapi lo masih tinggal disini” Ucap Tasya Tegas
Gadis itu berjalan kearah panggung, dan menerima piala kemenangannya. Ia tidak pernah menyesal cinta terhadap Indonesia karena tempat kelahirannya ini menorehkan banyak keindahan, dan karena kecintaannya terhadap segala isi yang ada di dalam Indonesia membuatnya menorehkan prestasi seperti saat ini. Tasya benar-benar sungguh bangga dilahirkan menjadi Warga Negara Indonesia.
Kita lahir, bertumbuh, dan besar ditanah ini. Jadi seharusnya jiwa Nasionalisme itu sudah mendarah daging, tidak perlu ditanyakan lagi, tidak perlu diperdebatkan lagi. Semua akan terasa lebih indah jika kita saling memiliki satu sama lain. Indonesia adalah kepunyaan kita, menjaga, dan melestarikannya bukankah tugas kita juga?
By : Agnes Afrilia
Modul Pembelajaran Fiqih 4, Peradilan Islam
