Home Mata Pelajaran Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indoensia 2 : Mengungkap Kritik Lewat Senyuman
Mata Pelajaran

Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indoensia 2 : Mengungkap Kritik Lewat Senyuman

Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indoensia 2 : Teks Anekdot Nama Agnes Afrilia Nama Instansi MAN 1 Bandar Lampung Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas/Fase X/E Semester Ganjil Alokasi Waktu 12 JP (6 […]

Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indoensia 2 : Teks Anekdot
Nama Agnes Afrilia
Nama Instansi MAN 1 Bandar Lampung
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas/Fase X/E
Semester Ganjil
Alokasi Waktu 12 JP (6 kali pertemuan @2JP)
Tahun Ajaran 2025/2026
Identifikasi Kesiapan Murid Sebelum memulai pembelajaran, identifikasi kesiapan Murid dapat dilakukan sebagai berikut:

  • Pengetahuan Awal: Murid telah memiliki pemahaman dasar tentang kritik, saran, atau ungkapan ketidaksetujuan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Guru akan melakukan asesmen awal untuk menggali pengalaman Murid dalam menyampaikan atau menerima kritik.
  • Minat: Murid memiliki minat terhadap isu-isu sosial, politik, atau budaya yang dekat dengan kehidupan mereka. Mereka juga mungkin tertarik pada bentuk-bentuk humor atau satire yang sering digunakan di media sosial atau media massa untuk menyampaikan kritik. Guru dapat memancing minat dengan contoh-contoh kritik humoris yang relevan.
  • Latar Belakang: Murid berasal dari latar belakang umum dan tidak memiliki kesulitan khusus dalam mencerna dan memahami materi ajar. Mereka mungkin memiliki pengalaman berbeda dalam menerima atau menyampaikan kritik, yang dapat dijadikan bahan diskusi.
  • Kebutuhan Belajar:
    • Auditori: Kebutuhan belajar auditori akan dipenuhi dengan menyajikan contoh teks anekdot/kritik humoris dalam bentuk audio/video, diskusi kelompok, dan guru memodelkan cara membaca yang ekspresif.
    • Visual: Kebutuhan belajar visual akan dipenuhi dengan menyajikan teks anekdot tertulis, menampilkan gambar/video karikatur atau meme kritik, serta penggunaan presentasi visual.
    • Kinestetik: Kebutuhan belajar kinestetik akan dipenuhi melalui kegiatan bermain peran (role-play), presentasi kelompok, atau simulasi penyampaian kritik humoris.
Karakteristik Materi Pelajaran
  • Jenis Pengetahuan yang Akan Dicapai:
    • Konseptual: Murid akan memahami pengertian, fungsi, ciri-ciri, dan struktur teks anekdot. Mereka juga akan memahami perbedaan antara kritik langsung dan tidak langsung, serta unsur kebahasaan dalam teks anekdot.
    • Prosedural: Murid akan menguasai langkah-langkah menganalisis, menginterpretasi, dan memproduksi teks anekdot. Mereka juga akan belajar bagaimana menyampaikan kritik secara santun dan efektif melalui humor.
  • Relevansi dengan Kehidupan Nyata Murid: Materi ini sangat relevan karena Murid sering berhadapan dengan kritik atau ingin menyampaikan kritik dalam berbagai konteks (sekolah, keluarga, pertemanan, media sosial). Pembelajaran ini membekali mereka keterampilan untuk menyampaikan kritik secara konstruktif dan cerdas, khususnya melalui humor, sehingga dapat diterima tanpa menyinggung perasaan. Hal ini penting untuk menciptakan komunikasi yang sehat dan efektif.
  • Tingkat Kesulitan: Materi disajikan secara bertahap, dimulai dari pengenalan konsep dasar (pengertian, ciri-ciri anekdot), analisis struktur dan kebahasaan, hingga tahapan penulisan dan penyampaian kritik humoris yang lebih kompleks. Diferensiasi konten memungkinkan penyediaan contoh anekdot dengan tingkat kesulitan dan topik yang bervariasi.
  • Struktur Materi: Materi tersusun secara sistematis dari pengenalan (Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri Anekdot, Kritik Langsung & Tidak Langsung), dilanjutkan dengan analisis (Struktur dan Kebahasaan Anekdot), kemudian implementasi (Menulis Anekdot), dan diakhiri dengan penyajian (Mempresentasikan Anekdot).
  • Integrasi Nilai dan Karakter:
    • Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia: Dengan belajar menyampaikan kritik secara santun dan konstruktif, menghindari fitnah dan ujaran kebencian, serta menghargai perbedaan pendapat.
    • Bernalar Kritis: Menganalisis isu, mengidentifikasi kritik tersirat, mengevaluasi efektivitas humor dalam kritik, dan menggunakan logika dalam berargumen.
    • Kreativitas: Menulis anekdot dengan ide-ide orisinal dan humor yang cerdas, serta berinovasi dalam mempresentasikan kritik.
    • Kolaborasi/Bergotong Royong: Bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan topik, menganalisis anekdot, dan saling memberikan masukan.
    • Kemandirian: Melakukan analisis teks secara individual dan menyusun draf anekdot secara mandiri.
    • Komunikasi: Mengembangkan kemampuan menyampaikan kritik secara lisan dan tertulis dengan bahasa yang efektif, persuasif, dan humoris.
Dimensi Lulusan Pembelajaran Dimensi profil lulusan yang akan dicapai dalam pembelajaran ini adalah:

  1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia: Melalui diskusi mengenai etika dalam menyampaikan kritik, menghindari fitnah, ujaran kebencian, dan menjaga kesantunan, serta menghargai perbedaan pendapat sebagai bentuk toleransi dan akhlak mulia.
  2. Bernalar Kritis: Murid mampu menganalisis isu-isu sosial yang relevan untuk dikritisi, mengidentifikasi kritik tersirat dalam teks anekdot, mengevaluasi efektivitas penggunaan humor dalam menyampaikan kritik, dan menggunakan logika dalam membangun argumen.
  3. Kreativitas: Murid mampu menghasilkan anekdot dengan ide-ide orisinal dan humor yang cerdas, serta berinovasi dalam memilih media dan cara mempresentasikan kritik melalui anekdot.
  4. Kolaborasi/Bergotong Royong: Murid bekerja sama dalam kelompok untuk menganalisis contoh anekdot, mendiskusikan isu yang akan dikritisi, dan saling memberikan masukan terhadap karya anekdot yang dibuat.
  5. Kemandirian: Murid mampu secara individual menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot, serta menyusun draf anekdot sesuai dengan ide-ide mereka.
  6. Komunikasi: Murid mampu menyampaikan kritik secara lisan dan tertulis dengan bahasa yang efektif, persuasif, dan humoris, serta memahami audiens dalam menentukan gaya penyampaian kritik.
Dimensi Kurikulum Berbasis Cinta Cinta pada Diri Sendiri dan Sesama: Murid belajar bahwa perbedaan pendapat bukanlahpenghalang, melainkan dapat disatukan melalui toleransi dan musyawarah. Semangat ini mendorong mereka untuk berkolaborasi dan bergotong royong demi mengatasi isu-isu yang mengancam persatuan, sekaligus menunjukkan tanggung jawab sosial dalam menjaga nilai-nilai Pancasila.

  • Cinta pada Tanah Air: Murid tidak hanya menghargai perjuangan para pendiri

bangsa, tetapi juga menyadari bahwa Pancasila adalah pondasi utama untuk menjaga

persatuan di tengah keberagaman. Memahami dan mengamalkan Pancasila adalah

wujud nyata dari tanggung jawab dan cinta mereka terhadap Indonesia.

  • Cinta pada Lingkungan: Murid merumuskan solusi bertanggung jawab untuk

mengatasi masalah lingkungan, menunjukkan bahwa keadilan sosial juga berlaku bagi

alam.

  • Cinta pada Ilmu: Intinya, cinta pada ilmu adalah kunci untuk memahami,

menghargai, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Dengan mencintai ilmu, peserta

didik tidak hanya menjadi individu yang gigih belajar, tetapi juga mampu berpikir

kritis, menganalisis gagasan-gagasan pendiri bangsa, dan berani mengkomunikasikan

pemahaman mereka. Pada akhirnya, cinta pada ilmu mendorong mereka untuk aktif

mencari solusi terhadap masalah sosial dan mengajak orang lain mengaktualisasikan

Pancasila demi menjaga persatuan bangsa.

Lintas Disiplin Ilmu yang Relevan
  • Sosiologi/Ilmu Sosial: Memahami isu-isu sosial, fenomena masyarakat, dan masalah-masalah publik yang sering menjadi objek kritik.
  • Pendidikan Kewarganegaraan: Membahas hak dan kewajiban warga negara dalam menyampaikan pendapat, serta pentingnya kritik yang membangun dalam demokrasi.
  • Seni (Sastra, Karikatur, Komedi): Mengapresiasi dan menganalisis anekdot sebagai salah satu bentuk karya sastra, serta memahami unsur humor dalam karikatur atau pertunjukan komedi yang relevan dengan kritik sosial.
  • Ilmu Komunikasi: Mempelajari strategi komunikasi yang efektif, cara menyampaikan pesan persuasif, dan memahami audiens.
Tujuan Pembelajaran  Pertemuan 1: Mengenali Anekdot dan Kritik dalam Humor (2 JP)

  • Menyimak dan Membaca:
    • Mengidentifikasi ide pokok dan ide-ide penting yang disajikan dalam anekdot yang disimak.
    • Mengidentifikasi informasi penting dari paparan lisan tentang anekdot.
  • Berbicara dan Mempresentasikan:
    • Menemukan kritik atau saran yang tersirat dalam anekdot yang disimak.

Pertemuan 2: Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot (2 JP)

  • Membaca dan Memirsa:
    • Menemukan pesan tersirat dalam anekdot yang dibaca.
    • Menganalisis struktur anekdot (abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda).
    • Menganalisis unsur kebahasaan dalam teks anekdot.

Pertemuan 3-5: Menulis Anekdot sebagai Kritik Humor (6 JP)

  • Menulis:
    • Merancang teks anekdot berdasarkan kritik terhadap layanan publik, lingkungan, atau fenomena sosial yang sedang berkembang.
    • Menulis teks anekdot sesuai dengan struktur dan kebahasaan teks anekdot.
    • Mengembangkan anekdot menjadi sebuah narasi kritik yang lucu dan efektif.

Pertemuan 6: Mempresentasikan Anekdot (2 JP)

  • Berbicara dan Mempresentasikan:
    • Mempresentasikan anekdot yang telah ditulis di depan kelas atau melalui media lain.
    • Menyampaikan kritik atau saran secara santun dan humoris melalui anekdot.
Topik Pembelajaran Kontekstual
  • Pengertian, Fungsi, dan Ciri-Ciri Anekdot: Memahami karakteristik anekdot sebagai media kritik humoris.
  • Kritik Langsung dan Tidak Langsung: Membedakan cara menyampaikan kritik dan memilih metode yang paling efektif.
  • Struktur Teks Anekdot: Menganalisis bagian-bagian anekdot dan peran masing-masing dalam membangun cerita.
  • Unsur Kebahasaan Teks Anekdot: Mengidentifikasi dan menggunakan kaidah bahasa yang mendukung humor dan kritik.
  • Menulis Teks Anekdot: Menerapkan langkah-langkah penulisan anekdot berdasarkan isu sosial atau fenomena yang relevan.
  • Mempresentasikan Anekdot: Menyajikan anekdot secara efektif, santun, dan humoris.
Kerangka Pembelajaran
  1. PRAKTIK PEDAGOGIK
    • Model Pembelajaran: Berbasis Teks (Text-Based Approach) dan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning).
    • Pendekatan: Deep Learning (Mindful Learning, Meaningful Learning, Joyful Learning)
      • Mindful Learning: Murid belajar fokus dalam menganalisis detail anekdot (struktur, kebahasaan), menyimak kritik tersirat, dan merenungkan isu-isu sosial yang relevan. Ini melatih kesadaran mereka terhadap konteks dan pesan yang disampaikan.
      • Meaningful Learning: Pembelajaran menjadi bermakna karena Murid menghubungkan anekdot dengan isu-isu nyata di sekitar mereka, menggunakan anekdot sebagai alat untuk menyampaikan pendapat secara konstruktif dan etis. Mereka juga memahami bahwa humor bisa menjadi jembatan komunikasi yang efektif.
      • Joyful Learning: Pembelajaran dirancang menyenangkan melalui analisis anekdot lucu, kegiatan menulis kreatif, diskusi tentang topik yang menarik, serta kesempatan untuk mengekspresikan diri secara humoris dalam presentasi. Guru juga memberikan ruang untuk eksperimen dalam penulisan dan penyajian.
    • Metode Pembelajaran: Diskusi kelompok, tanya jawab, analisis teks, bermain peran, presentasi, dan penugasan.
    • Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi:
      • Diferensiasi Konten: Menyediakan beragam contoh teks anekdot (dari berbagai sumber, dengan tingkat humor dan kompleksitas isu yang bervariasi); menyediakan contoh karikatur atau meme kritik sebagai bahan analisis visual.
      • Diferensiasi Proses: Mengatur kelompok berdasarkan minat atau gaya belajar; menyediakan panduan penulisan anekdot yang berbeda levelnya (dari kerangka sederhana hingga panduan detail); memberikan pilihan aktivitas analisis (misalnya, membuat peta pikiran, tabel, atau esai singkat).
      • Diferensiasi Produk: Memberikan kebebasan memilih media presentasi anekdot (lisan, tulisan, visual, audio); memungkinkan Murid menyajikan anekdot dalam berbagai format (teks, komik, video pendek, rekaman podcast monolog).
  1. KEMITRAAN PEMBELAJARAN
    • Lingkungan Sekolah: Pemanfaatan fasilitas sekolah (perpustakaan, ruang diskusi) untuk mencari referensi atau berlatih presentasi.
    • Lingkungan Luar Sekolah/Masyarakat: Mengajak Murid mengamati isu-isu sosial di lingkungan masyarakat sekitar (misalnya, melalui berita di media massa) sebagai inspirasi kritik.
    • Mitra Digital: KBBI daring dan tesaurus daring untuk mencari informasi dan memahami kata baru. Aplikasi/platform digital seperti Google Docs, Canva, YouTube, TikTok, Spotify untuk menulis, mendesain, atau mempublikasikan anekdot.
  2. LINGKUNGAN BELAJAR
    • Ruang Fisik: Ruang kelas yang fleksibel untuk diskusi kelompok dan presentasi. Papan tulis/whiteboard untuk memvisualisasikan struktur anekdot atau poin-poin penting.
    • Ruang Virtual: Akses internet untuk mencari contoh anekdot, referensi isu sosial, dan penggunaan aplikasi digital untuk penulisan serta publikasi karya.
    • Budaya Belajar: Mendorong budaya saling menghargai pendapat, berani menyampaikan kritik secara konstruktif, mengembangkan empati terhadap isu-isu sosial, dan menjunjung tinggi etika dalam berkomunikasi.
  3. PEMANFAATAN DIGITAL
    • Perpustakaan Digital/Sumber Daring: Komputer/Laptop dan akses internet untuk mencari contoh-contoh anekdot, artikel berita terkait isu sosial, atau referensi penulisan humor.
    • Forum Diskusi Daring: (Opsional, dapat diintegrasikan melalui Google Classroom atau platform lain) untuk berbagi ide, mendapatkan umpan balik dari teman sebaya, atau mengunggah draf anekdot.
    • Penilaian Daring: Kuis interaktif melalui platform seperti Kahoot! atau Quizizz untuk menguji pemahaman tentang struktur atau kebahasaan anekdot.
    • Alat Penulisan/Desain Digital: Google Docs untuk kolaborasi menulis, Canva untuk membuat infografis atau komik visual, aplikasi edit video/audio untuk membuat video pendek atau podcast anekdot.
    • Platform Publikasi: YouTube, TikTok, atau Spotify (jika memungkinkan dan relevan) untuk mempublikasikan karya anekdot multimodal.
Langkah-Langkah Pembelajaran Berdiferiensasi Pertemuan 1 (2 JP: 90 MENIT)Topik: Mengenali Anekdot dan Kritik dalam Humor

  1. KEGIATAN PENDAHULUAN (10 MENIT)
    • Pembukaan: Guru membuka pelajaran dengan salam, doa, dan mengecek kehadiran.
    • Apersepsi (Mindful Learning): Guru menampilkan beberapa gambar karikatur politik, meme lucu, atau potongan video stand-up comedy yang mengandung kritik. Guru bertanya: “Apa yang kalian lihat/dengar dari tayangan ini?” “Menurut kalian, apa tujuan orang membuat hal-hal seperti ini?”
    • Pertanyaan Pemantik: Guru mengaitkan tayangan dengan konsep kritik dan humor. “Apakah kalian pernah merasa ingin menyampaikan kritik, tapi takut menyinggung perasaan orang lain?” “Bagaimana caranya kita bisa menyampaikan kritik dengan cara yang santun dan bahkan lucu?”
    • Motivasi (Meaningful Learning): Guru menyampaikan bahwa dengan mempelajari anekdot, Murid akan dibekali keterampilan untuk menyampaikan kritik secara cerdas dan diterima, sebuah keterampilan komunikasi yang sangat berharga dalam kehidupan bermasyarakat.
    • Penyampaian Tujuan Pembelajaran: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini (mengidentifikasi ide pokok, informasi penting, dan kritik tersirat dalam anekdot).
  2. KEGIATAN INTI (70 MENIT)
    • Asesmen Diagnostik (Assessment as Learning): Guru melakukan asesmen awal dengan menggali pengalaman Murid dalam menyampaikan atau menerima kritik. Contoh: “Ceritakan pengalamanmu saat menyampaikan kritik kepada teman atau menerima kritik dari orang lain. Bagaimana perasaanmu saat itu?”. Guru mencatat respons untuk memetakan pemahaman awal.
    • Eksplorasi Konsep (Mindful Learning): Guru menyajikan sebuah teks anekdot yang relevan dengan kehidupan Murid (buku siswa, hlm. 16-17). Murid diajak membaca dan menyimak dengan saksama.
    • Diskusi Kelompok (Kolaborasi & Bernalar Kritis): Guru membagi Murid ke dalam kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan ide pokok dan ide-ide penting yang disajikan dalam anekdot tersebut. (Diferensiasi proses: Guru dapat memberikan panduan pertanyaan yang berbeda untuk kelompok dengan tingkat pemahaman awal yang berbeda).
    • Mengidentifikasi Kritik Tersirat (Bernalar Kritis): Setiap kelompok menganalisis anekdot untuk menemukan kritik atau saran yang tersirat di dalamnya. Guru membimbing diskusi agar Murid dapat mengidentifikasi kritik yang tidak disampaikan secara langsung.
    • Presentasi Kelompok (Komunikasi): Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka, kemudian kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan.
    • Penguatan Konsep: Guru memberikan penguatan tentang pengertian, fungsi, dan ciri-ciri anekdot, serta perbedaan kritik langsung dan tidak langsung, berdasarkan hasil diskusi Murid.
    • Pembelajaran Berdiferensiasi:
      • Konten: Menyediakan anekdot dalam format teks, audio, atau visual (kartun/meme) sesuai preferensi belajar Murid.
      • Produk: Murid dapat menyajikan hasil identifikasi ide pokok dalam bentuk daftar poin, peta konsep sederhana, atau presentasi lisan singkat.
  1. KEGIATAN PENUTUP (10 MENIT)
    • Refleksi (Mindful Learning): Murid diajak merefleksikan pembelajaran: “Apa hal baru yang kalian pelajari hari ini tentang anekdot?” “Mengapa penting bagi kita untuk bisa menyampaikan kritik dengan cara yang santun?” “Bagaimana perasaan kalian setelah mencoba mengidentifikasi kritik dalam anekdot?”.
    • Rangkuman: Guru bersama Murid merangkum materi yang telah dipelajari.
    • Tindak Lanjut: Guru memberikan tugas rumah untuk mencari contoh anekdot lain dari berbagai sumber (koran, majalah, internet) sebagai persiapan pertemuan berikutnya.
    • Penutup: Guru menutup pelajaran dengan salam dan doa.

 

Pertemuan 2 (2 JP: 90 MENIT)

Topik: Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot

  1. KEGIATAN PENDAHULUAN (10 MENIT)
    • Pembukaan: Salam, doa, cek kehadiran.
    • Apersepsi: Mengulas singkat materi sebelumnya (pengertian, fungsi, ciri-ciri anekdot, kritik tersirat).
    • Pertanyaan Pemantik: “Apakah anekdot memiliki pola cerita tertentu? Apakah ada kata-kata khusus yang membuat anekdot menjadi lucu atau menarik?”
    • Penyampaian Tujuan Pembelajaran: Menemukan pesan tersirat, menganalisis struktur, dan menganalisis unsur kebahasaan anekdot.
  2. KEGIATAN INTI (70 MENIT)
    • Membaca Anekdot (Mindful Learning): Murid membaca beberapa contoh teks anekdot yang telah disiapkan guru atau yang mereka temukan sebagai tugas rumah. (Diferensiasi konten: Menyediakan contoh anekdot dengan beragam topik dan tingkat kesulitan).
    • Mengidentifikasi Pesan Tersirat (Bernalar Kritis): Guru membimbing Murid untuk menemukan pesan-pesan tersirat atau makna tersembunyi di balik humor dalam setiap anekdot yang dibaca.
    • Analisis Struktur Anekdot (Bernalar Kritis): Murid dalam kelompok menganalisis struktur anekdot (abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda) dari contoh-contoh yang ada. Guru memberikan panduan dan rubrik analisis.
    • Analisis Kebahasaan Anekdot (Mindful Learning): Murid mengidentifikasi unsur kebahasaan yang dominan dalam anekdot (misalnya, penggunaan kalimat sindiran, konjungsi, kata kerja, kata benda). Guru dapat menyediakan daftar ciri kebahasaan untuk diidentifikasi.
    • Diskusi dan Presentasi Hasil (Kolaborasi & Komunikasi): Setiap kelompok mempresentasikan hasil analisis struktur dan kebahasaan anekdot. Kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan.
    • Penguatan Konsep: Guru memberikan penguatan tentang struktur dan unsur kebahasaan anekdot, memberikan contoh dan penjelasan tambahan jika diperlukan.
    • Pembelajaran Berdiferensiasi:
      • Proses: Menyediakan panduan analisis struktur yang bervariasi (misalnya, tabel kosong untuk diisi, atau teks dengan bagian yang sudah ditandai untuk diidentifikasi).
      • Produk: Membuat peta konsep struktur anekdot, daftar ciri kebahasaan dengan contoh, atau presentasi visual tentang analisis.
  1. KEGIATAN PENUTUP (10 MENIT)
    • Refleksi: Guru dan Murid merefleksikan pemahaman tentang struktur dan kebahasaan anekdot. “Apakah sekarang kalian lebih paham mengapa anekdot bisa lucu dan mengkritik?”
    • Rangkuman: Merangkum materi.
    • Tindak Lanjut: Mempersiapkan ide-ide untuk menulis anekdot pribadi, mulai dari isu yang ingin dikritisi.
    • Penutup: Salam dan doa.

 

 

Pertemuan 3-5 (6 JP: 270 MENIT)

Topik: Menulis Anekdot sebagai Kritik Humor

  1. KEGIATAN PENDAHULUAN (10 MENIT TIAP PERTEMUAN)
    • Pembukaan: Salam, doa, cek kehadiran.
    • Apersepsi: Mengingatkan kembali ciri-ciri anekdot dan pentingnya kritik yang disampaikan secara humoris.
    • Pertanyaan Pemantik: “Bagaimana caranya mengubah isu serius menjadi cerita lucu yang mengandung kritik?” “Ide apa yang akan kalian gunakan untuk menulis anekdot?”
    • Penyampaian Tujuan Pembelajaran: Merancang dan menulis teks anekdot sesuai struktur dan kebahasaan.
  2. KEGIATAN INTI (70 MENIT TIAP PERTEMUAN)
    • Identifikasi Isu (Mindful Learning & Bernalar Kritis): Murid secara individual atau kelompok mengidentifikasi isu-isu sosial, layanan publik, atau fenomena yang relevan dan ingin mereka kritik secara humoris. (Diferensiasi konten: Guru dapat menyediakan daftar topik inspirasi).
    • Brainstorming Ide (Kreativitas): Murid melakukan brainstorming ide cerita anekdot yang dapat menggambarkan kritik terhadap isu yang dipilih. Guru mendorong ide-ide orisinal dan cerdas.
    • Perancangan Anekdot (Bernalar Kritis & Kreativitas): Murid merancang kerangka teks anekdot dengan memperhatikan struktur (abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda). Mereka juga mulai memikirkan unsur humor dan kebahasaan yang akan digunakan. (LKPD 1: Perancangan Anekdot dapat digunakan).
    • Penulisan Draf Anekdot (Kemandirian): Murid mulai menulis draf teks anekdot. Guru berkeliling memberikan pendampingan individu dan umpan balik konstruktif. (Diferensiasi proses: Guru memberikan panduan penulisan yang bervariasi, dari kerangka sederhana hingga panduan detail, sesuai kebutuhan Murid).
    • Diskusi dan Umpan Balik Teman Sebaya (Kolaborasi): Murid saling bertukar draf anekdot dengan teman sebaya dan memberikan umpan balik konstruktif.
    • Revisi dan Pengembangan (Bernalar Kritis & Kreativitas): Murid merevisi anekdot berdasarkan umpan balik. Mereka juga dapat mengembangkan anekdot menjadi narasi kritik yang lebih kompleks atau mempersiapkan untuk pengalihwahanaan (misalnya, menjadi komik pendek atau storyboard video).
    • Pembelajaran Berdiferensiasi:
      • Proses: Menyediakan panduan penulisan anekdot yang berbeda levelnya; pendampingan individual atau kelompok saat menulis.
      • Produk: Murid dapat mengembangkan anekdot menjadi teks, komik sederhana, atau outline untuk video pendek.
  1. KEGIATAN PENUTUP (10 MENITTIAP PERTEMUAN)
    • Refleksi: Guru dan Murid merefleksikan progres penulisan anekdot.
    • Tindak Lanjut: Menyampaikan target dan persiapan untuk pertemuan berikutnya (penyelesaian draf final atau persiapan presentasi).
    • Penutup: Salam.

 

Pertemuan 6 (2 JP: 90 MENIT)

Topik: Mempresentasikan Anekdot

  1. KEGIATAN PENDAHULUAN (10 MENIT)
    • Pembukaan: Salam, doa, cek kehadiran.
    • Apersepsi: Membangkitkan semangat untuk mempresentasikan karya.
    • Pertanyaan Pemantik: “Bagaimana cara agar anekdot yang kita tulis bisa benar-benar lucu dan pesannya sampai kepada pendengar?” “Bagaimana kita bisa membuat presentasi yang berkesan?”
    • Penyampaian Tujuan Pembelajaran: Mempresentasikan anekdot dan menyampaikan kritik secara santun dan humoris.
  2. KEGIATAN INTI (70 MENIT)
    • Latihan Presentasi (Komunikasi): Murid berlatih mempresentasikan anekdot mereka, baik secara lisan, visual, maupun multimodal. Guru memberikan masukan mengenai intonasi, ekspresi, dan kejelasan penyampaian. (Diferensiasi proses: Memberikan panduan spesifik untuk intonasi, gestur, atau cara menggunakan media pendukung).
    • Penyajian Karya (Joyful Learning & Kreativitas): Murid mempresentasikan anekdot yang telah mereka buat dan siapkan. Mereka dapat menyajikan dalam berbagai format (membaca anekdot, presentasi visual/komik, menampilkan video pendek, memutar rekaman podcast monolog).
    • Sesi Tanya Jawab/Umpan Balik (Bernalar Kritis & Komunikasi): Setelah presentasi, guru memfasilitasi sesi tanya jawab atau umpan balik dari teman-teman dan guru. Murid dapat memberikan pertanyaan mengenai pesan kritik, aspek humor, atau cara penyampaian.
    • Diskusi Etika Kritik (Meaningful Learning & Akhlak Mulia): Guru memimpin diskusi tentang pentingnya menyampaikan kritik secara santun dan etis, bahkan dalam bentuk humor, serta menghindari fitnah atau ujaran kebencian.
    • Pembelajaran Berdiferensiasi:
      • Proses: Memberikan kesempatan latihan presentasi dan umpan balik individual.
      • Produk: Presentasi dalam berbagai format (lisan, visual, digital) sesuai minat dan gaya belajar Murid.
  1. KEGIATAN PENUTUP (10 MENIT)
    • Refleksi Akhir (Mindful Learning): Guru dan Murid melakukan refleksi menyeluruh tentang seluruh proses pembelajaran bab ini, mulai dari memahami anekdot hingga mampu membuat dan mempresentasikannya.
    • Penghargaan: Guru memberikan apresiasi atas kerja keras, kreativitas, dan keberanian Murid dalam menyampaikan kritik melalui humor.
    • Tindak Lanjut: Menyampaikan garis besar materi bab selanjutnya.
    • Penutup: Salam dan doa.
Asesmen Pembelajaran
  • Asesmen Diagnostik (Assessment as Learning):
    • Tanya Jawab: “Ceritakan pengalamanmu saat menyampaikan kritik kepada teman atau menerima kritik dari orang lain. Bagaimana perasaanmu saat itu?” untuk menggali pengalaman dan pemahaman awal tentang kritik.
    • Kuis Singkat: Kuis singkat tentang pengertian dasar kritik atau humor melalui lisan/tertulis.
  • Asesmen Formatif (Assessment for Learning): Dilakukan selama proses pembelajaran di setiap pertemuan.
    • Tanya Jawab: Seputar materi yang sedang dibahas, seperti “Apa ide pokok anekdot ini?”, “Di bagian mana krisis terjadi?”.
    • Diskusi Kelompok: Penilaian partisipasi dan kontribusi Murid dalam diskusi mengidentifikasi ide pokok, kritik tersirat, struktur, dan kebahasaan anekdot (menggunakan Rubrik Penilaian Diskusi Kelompok).
    • Latihan Soal/LKPD:
      • “Identifikasi kritik tersirat dalam anekdot yang disajikan!”.
      • “Jelaskan fungsi dari setiap bagian struktur anekdot (abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, koda)!”.
      • “Temukan setidaknya tiga unsur kebahasaan dominan dalam anekdot ini dan berikan contohnya!”.
    • Observasi: Pengamatan guru terhadap kemampuan Murid dalam menganalisis teks, menyampaikan pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.
    • Produk (Proses):
      • Draf kerangka anekdot.
      • Draf awal teks anekdot.
      • Catatan ide-ide kritik humor.
    • Asesmen Sumatif (Assessment of Learning): Dilakukan di akhir bab.
      • Produk (Proyek):
        • Teks Anekdot Lengkap: “Buatlah satu teks anekdot lengkap (minimal 500 kata) yang mengandung kritik terhadap isu layanan publik, lingkungan, atau fenomena sosial yang relevan, dengan memperhatikan struktur dan unsur kebahasaan anekdot!” (menggunakan Rubrik Penilaian Teks Anekdot).
        • Produk Kreatif Pengalihwahanaan Anekdot: “Ubah anekdot yang telah kamu tulis ke dalam format kreatif (misalnya komik pendek, video pendek, rekaman podcast monolog, poster digital) yang dapat kamu publikasikan!” (menggunakan Rubrik Penilaian Produk Kreatif Anekdot).
      • Praktik (Kinerja):
        • Presentasi Anekdot Multimodal: “Presentasikan anekdot yang telah kamu buat di depan kelas/kelompok lain. Sampaikan kritik atau saranmu secara santun dan humoris melalui anekdot tersebut!” (menggunakan Rubrik Penilaian Presentasi Anekdot).

Previously

Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia 1 : Mengungkap Fakta Alam Secara Objektif

Next

Modul Ajar Antropologi 3, Etnografi: Memahami Kebudayaan dari Dekat

MDC

MDC