Profil Kherliati, S.Ag., Guru Sosiologi MAN 1 Bandar Lampung
Profil Kherliati, S.Ag., Guru Sosiologi MAN 1 Bandar Lampung Kherliati, biasa dipanggil Lili oleh kawan-kawan dan rekan sekerjanya dan Bu Lili oleh murid-muridnya, lahir di Jakarta, tepatnya di Tubagus Angke, […]
Profil Kherliati, S.Ag., Guru Sosiologi MAN 1 Bandar Lampung

Kherliati, biasa dipanggil Lili oleh kawan-kawan dan rekan sekerjanya dan Bu Lili oleh murid-muridnya, lahir di Jakarta, tepatnya di Tubagus Angke, sebuah wilayah di Jakarta Barat yang sangat padat penduduknya, pada tahun 1975.
Demi mencari ketenangan dan menjauhkan anak-anak dari kepadatan ibu kota, orang tua Lili memutuskan untuk pindah ke Pulogebang, Jakarta Timur, saat Lili berusia 5 tahun. Kala itu, Pulogebang masih berupa kawasan asri dengan pepohonan rindang dan populasi yang tidak seramai sekarang, jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Meskipun lokasi ini cukup jauh dari kantor mereka di Bank Eksport-Import Indonesia Kota, orang tua Lili lebih memilih lingkungan yang aman dan nyaman untuk tumbuh kembang Lili dan saudara-saudaranya, alih-alih tinggal di area penuh polusi seperti Tubagus Angke. Pilihan ini mengharuskan mereka berangkat kerja pukul 6 pagi dan pulang pukul 5 sore (jam kerja 07.30-15.30 WIB), dan karena bekerja di tempat yang sama, mereka selalu berangkat dan pulang kerja bersama. Semua pengorbanan ini mereka lakukan demi memberikan lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan anak-anak mereka.
Sejak kecil, Lili sudah terbiasa mandiri. Saat SMP, ia masuk sekolah siang, sehingga setiap pagi ia menyempatkan diri pergi ke warung untuk membeli bahan makanan yang akan dimasak hari itu.
Lili memulai pendidikannya di SDN 1 Pulogebang pada tahun 1981 dan lulus tahun 1987. Di tahun yang sama, ia melanjutkan ke SMPN 172 Cakung, Jakarta Timur, lulus pada tahun 1990. Kemudian, Lili meneruskan pendidikannya ke kelas Takhsus di Pondok Pesantren Al Amien Prenduan, Sumenep, Madura. Di sana, ia menemukan ketertarikan yang besar pada pelajaran Bahasa Arab dan hafalan-hafalannya. Namun, sayangnya, Lili terkena sakit typus dan harus dibawa pulang untuk dirawat di RS Islam Jakarta Timur. Meskipun sangat menyukai kehidupan di Pesantren Al Amien, Lili harus pindah ke sekolah yang lebih dekat yaitu di Al Musaddadiyah, Garut, Jawa Barat.
Walaupun hanya sebentar di Pondok Pesantren Al Amien Madura, berkat ilmu mukhadoroh yang diperolehnya di sana, Lili berhasil meraih juara 1 pidato pada lomba yang diselenggarakan oleh Bank Eksport Import Indonesia, tempat orang tuanya bekerja. Selanjutnya, Lili lulus seleksi dan kuliah di program studi Tafsir Hadis Institut Agama Islam Negeri pada tahun 1994. Ia kemudian diwisuda pada tanggal 27 Februari 1999, sehari setelah tanggal ulang tahunnya.
Berbicara tentang kehidupan di pondok pesantren, pengalaman yang paling berkesan adalah antri kamar mandi di jam 2 shubuh (ba’daki man). Lalu, saat Bulan Bahasa, ketika semua orang diwajibkan berbahasa asing, pada hari Bahasa Arab, seorang teman sekamar Lili berbelanja di koperasi santri. Ia hendak membeli telur, namun lupa bahasa Arabnya. Karena khawatir terkena denda, teman Lili, sebut saja Farah, melakukan improvisasi bahasa dengan mengatakan, “Astari tilka, alati takhruj minadubri keok keok” (maksudnya: saya mau beli itu yang keluar dari belakang ayam). Kejadian lucu itu kemudian menjadi viral dan diketahui oleh seluruh penghuni pondok.
Sejak kecil, Lili memiliki impian untuk menjadi seorang guru. Sempat menjalani usaha bisnis kaos Dagadu dan beternak ikan lele bersama suami, Lili kemudian beralih ke dunia pendidikan. Pada tahun 2000, ia mulai mengajar mata pelajaran Sosiologi di Madrasah Aliyah TGIA PERKEMAS Bandar Lampung. Baik Lili maupun suaminya menyadari bahwa kebahagiaan mereka terletak pada profesi pendidik, meskipun tidak menjanjikan kekayaan materi. Di tahun yang sama, yaitu tahun 2000, Sofwan, suami Lili, juga mulai mengajar di SMK SMTI Bandar Lampung dan kemudian diangkat menjadi PNS pada tahun 2002.
Pada tahun 2012, Lili memperluas jangkauan mengajarnya dengan mulai bertugas di MAN 2 Bandar Lampung, selain tetap mengajar di MA TGIA PERKEMAS. Pada tahun yang sama, ia mengikuti Program Latihan Profesi Guru (PLPG) selama dua minggu di Parung, Bogor, yang diadakan oleh Universitas Negeri Jakarta, dan meraih sertifikasi profesi guru pada bulan September. Sementara itu, Nomor Registrasi Guru (NRG) baru diterbitkan untuk Lili pada tahun 2014.

Sejak tahun 2019, sepeninggal guru Sosiologi di MAN 1, almarhum Bapak Sutopo (Al Fatihah), Lili mulai mengajar di sana. Setelah enam bulan awal bertugas di tiga sekolah, Lili akhirnya memutuskan untuk fokus mengajar di MAN 2 dan MAN 1 Bandar Lampung pada Juni 2019. Setahun berikutnya, di tahun 2020, Lili memutuskan untuk mengundurkan diri dari MAN 2 Bandar Lampung karena kesulitan mengatur jadwal di antara kedua sekolah. Hingga kini, Lili masih berkesempatan mengabdi sebagai guru di MAN 1 Bandar Lampung.
Saat tulisan ini diterbitkan (awal tahun 2025), Lili telah mengabdikan diri sebagai guru selama hampir 25 tahun, tepatnya 24 tahun 9 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, begitu banyak suka dan duka, tawa dan air mata yang telah ia lalui bersama rekan-rekan seperjuangan dan para siswanya dari berbagai generasi. Alhamdulillah, kini Lili dapat fokus mengajar di satu sekolah tercinta, MAN 1 Bandar Lampung.
Sebagai seorang guru, Lili bertanggung jawab merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Selain itu, tugasnya meliputi evaluasi proses dan hasil pembelajaran sebagai dasar perbaikan di masa mendatang. Dalam merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran, Lili berkolaborasi dengan tim Sosiologi yang saat ini terdiri dari dirinya sendiri, Fathurohmah, dan Rahmadianti untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini bertujuan menetapkan metode pembelajaran yang efektif, menarik, interaktif, serta menumbuhkan minat belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagai guru senior Sosiologi, Lili selalu berusaha berbagi dan peduli (sharing and caring) dengan Fathurohmah dan Rahmadianti dalam segala hal terkait mata pelajaran tersebut.
Di MAN 1 Bandar Lampung, selain bertugas mengajar, Lili juga bertanggung jawab sebagai wali kelas. Dalam perannya sebagai pengganti orang tua siswa di lingkungan sekolah, Lili merasa terpanggil untuk menjadi figur orang tua kedua bagi mereka. Tugas-tugasnya mencakup pemeliharaan kerapian dan keteraturan kelas, penciptaan lingkungan yang aman, saling menghormati, dan inklusif, pengelolaan perilaku siswa, penampungan aspirasi siswa, pendampingan dalam peningkatan metode dan kebiasaan belajar, serta penjembatan komunikasi antara sekolah dan orang tua siswa. Lili menjalin komunikasi yang teratur dengan orang tua siswa melalui pertemuan tatap muka maupun platform WhatsApp.
Kecintaan Lili pada profesinya sebagai guru sangatlah besar. Kebahagiaan terbesarnya adalah menyaksikan anak didiknya memahami dan menguasai materi yang diajarkan, antusias dalam kegiatan pembelajaran, serta tumbuh menjadi anak-anak yang santun, hormat, dan menghargai sesama.
Kekuatan yang selalu menyulut semangat dan meringankan langkah Lili dalam menjalankan peran ganda sebagai guru dan ibu rumah tangga adalah prinsip hidup yang ia pegang teguh: “HIDUP INI PERJALANAN, NIKMATI DAN SYUKURI SETIAP LANGKAHNYA”. Prinsip ini menjiwai setiap tindakannya, menjadikannya sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta beserta segala isinya. Dedikasi penuh Lili tercurah untuk keluarga, madrasah, dan para siswanya. Selain mengajar, nyaris tidak ada kesibukan lain dalam hidupnya selain mengurus rumah tangga. Mengakhiri tulisannya, Lili memanjatkan harapan agar setiap upayanya membawa keberkahan bagi dirinya dan keluarganya. Keyakinannya teguh bahwa Allah selalu menyertai setiap jejak langkahnya, memberikan solusi atas setiap kesulitan dan membimbingnya menuju jalan yang lurus.
