Siska Febriani, S.Kom., Guru Informatika MAN 1 Bandar Lampung
Siska Febriani, S.Kom., Guru Informatika MAN 1 Bandar Lampung Siska Febriani, yang akrab disapa Bu Siska atau Miss Siska oleh para siswa, merupakan seorang guru Informatika di MAN 1 Bandar […]

Siska Febriani, S.Kom., Guru Informatika MAN 1 Bandar Lampung

Siska Febriani, yang akrab disapa Bu Siska atau Miss Siska oleh para siswa, merupakan seorang guru Informatika di MAN 1 Bandar Lampung. Ia lahir di Kota Bandar Lampung pada tahun 1997 sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai penjahit, sementara sang ibu berjualan sandal dan sepatu di salah satu pasar modern di kota tersebut.
Pada usia enam tahun, Siska memulai pendidikan dasar di SDN 4 Sukajawa, kemudian melanjutkan ke SMP Perintis 1 Bandar Lampung pada tahun 2009. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2012, ia meneruskan jenjang SMA di SMA Perintis 2 Bandar Lampung dan lulus tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2015.
Usai menamatkan SMA, Siska sempat mengalami kekecewaan mendalam karena gagal lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia impikan akibat nilai yang tidak memenuhi ambang batas. Ia pun memutuskan untuk menunda kuliah selama satu tahun dan mengisi waktu luangnya dengan mengikuti kursus komputer di Global Komputer. Setelah menyelesaikan kursus, ia kembali mencoba mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur SBMPTN, namun sayangnya hasilnya masih belum memuaskan.
Meski sempat merasa putus asa karena kegagalan yang berulang, Siska tidak menyerah. Ia memilih untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Teknokrat Indonesia, sebuah perguruan tinggi swasta, dengan mengambil jurusan S1 Sistem Informasi sesuai minatnya di bidang komputer. Ia menyadari bahwa kualitas pendidikan tidak semata ditentukan oleh status negeri atau swasta, melainkan oleh kemauan dan kesungguhan belajar.
Perjalanan kuliahnya berjalan cukup lancar hingga semester ketujuh. Namun, ketika memasuki semester akhir, ia dihadapkan pada berbagai ujian hidup. Usaha orang tuanya bangkrut, ayahnya divonis menderita penyakit ginjal, dan nenek tercinta meninggal dunia. Kondisi ekonomi keluarga yang menurun membuat Siska terpaksa mengambil cuti kuliah selama satu tahun. Selama masa itu, ibunya mencoba bertahan dengan berdagang kecil-kecilan di rumah. Setelah kondisi sedikit membaik, Siska melanjutkan kembali kuliahnya, hingga akhirnya berhasil menyelesaikan skripsi dan menjalani sidang pada 19 November 2021. Sebulan kemudian, ia resmi menyandang gelar Sarjana Komputer.
Namun, kehidupan pasca-wisuda kembali menguji ketabahannya. Dua bulan setelah kelulusannya, tepat pada 2 Maret 2022, sang ayah meninggal dunia karena penyakit yang tak kunjung sembuh. Siska berada dalam kondisi psikologis yang terpuruk, terlebih lagi karena belum mendapatkan pekerjaan. Ia mengirimkan lamaran ke berbagai tempat, bahkan hingga ke luar kota, namun hasilnya tetap nihil.
Untuk tetap produktif, ia mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Provinsi Lampung dengan mengambil jurusan Bisnis dan Manajemen. Setelah mengikuti pelatihan selama 33 hari dan memperoleh sertifikat, ia kembali mencoba melamar pekerjaan. Ia sempat diterima di sebuah perusahaan properti sebagai staf marketing, namun merasa tidak cocok dan memutuskan untuk mengundurkan diri meskipun belum genap sebulan bekerja.
Tak lama kemudian, tetangganya menawarkan pekerjaan sebagai pengantar jemput anak sekolah dengan motor. Meski sederhana, pekerjaan itu ia jalani dengan penuh tanggung jawab selama lebih dari satu tahun. Ia tidak pernah merasa malu, karena baginya semua pekerjaan yang halal adalah mulia, terlepas dari latar belakang pendidikannya.
Hingga pada suatu waktu, ia menerima tiga panggilan kerja sekaligus: sebagai marketing asuransi di Jakarta, accounting di perusahaan Bumi Waras, dan sebagai guru Informatika di MAN 1 Bandar Lampung. Setelah berdiskusi dengan keluarga, ia memutuskan untuk memilih menjadi guru, karena pekerjaan tersebut sejalan dengan bidang ilmu yang ia tekuni.
Sejak saat itu, Siska menekuni profesi sebagai pendidik. Meski awalnya tidak pernah membayangkan menjadi guru—karena sifatnya yang introvert dan tidak suka berbicara di depan umum—perlahan ia mampu menaklukkan ketakutan dan rasa tidak percaya dirinya. Kini, setelah lebih dari setahun mengabdi sebagai guru, ia menyadari bahwa mungkin inilah jalan yang telah ditakdirkan Tuhan untuknya. Jalan yang tidak hanya memberinya pekerjaan, tetapi juga ruang untuk tumbuh, belajar, dan memberi makna dalam hidup orang lain.
Integrated Digital Lesson Plan
