Approach, Method, dan Technique dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Approach, Method, dan Technique dalam Pengajaran Bahasa Inggris Dalam pengajaran, sering kali muncul pertanyaan tentang perbedaan antara approach, method, dan technique. Ketiganya merupakan komponen penting dalam merancang dan melaksanakan pengajaran […]
Approach, Method, dan Technique dalam Pengajaran Bahasa Inggris
Dalam pengajaran, sering kali muncul pertanyaan tentang perbedaan antara approach, method, dan technique. Ketiganya merupakan komponen penting dalam merancang dan melaksanakan pengajaran yang efektif, namun memiliki peran dan karakteristik yang berbeda. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, guru perlu memahami bagaimana ketiga aspek ini saling berhubungan dan bagaimana menggunakannya secara tepat dalam konteks pembelajaran.
Artikel ini akan menjelaskan perbedaan antara approach, method, dan technique, serta memberikan contoh penerapannya dalam pengajaran Bahasa Inggris.
1. Approach: Landasan Teori Pengajaran
Approach merupakan filosofi atau landasan teoretis yang mendasari cara pengajaran dilakukan. Dalam konteks pengajaran Bahasa Inggris, approach adalah cara pandang yang mencakup prinsip-prinsip umum tentang bagaimana bahasa dipelajari dan diajarkan. Ini adalah kerangka kerja yang membimbing keputusan tentang pengajaran, termasuk bagaimana bahasa dipelajari oleh siswa, bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan, dan tujuan akhir dari pembelajaran tersebut.
Beberapa approaches yang sering digunakan dalam pengajaran Bahasa Inggris meliputi:
-
Behaviorism (Pendekatan Perilaku): Pendekatan ini berfokus pada pembentukan kebiasaan melalui pengulangan dan penguatan. Pembelajaran dianggap berhasil jika siswa dapat meniru dan mengulang struktur bahasa yang benar (Brown, 2000).
-
Cognitivism (Pendekatan Kognitif): Berbeda dari behaviorism, pendekatan ini percaya bahwa pembelajaran adalah proses internal yang melibatkan pengolahan informasi. Siswa dianggap belajar dengan memahami aturan dan prinsip bahasa, bukan hanya melalui pengulangan (Larsen-Freeman & Anderson, 2011).
-
Constructivism (Pendekatan Konstruktivis): Pendekatan ini menganggap bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri tentang bahasa melalui interaksi dengan lingkungan mereka (Richards & Rodgers, 2001).
-
Communicative Language Teaching (CLT): Pendekatan ini menekankan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. CLT bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi secara efektif dalam situasi nyata, dengan fokus pada kefasihan daripada keakuratan tata bahasa (Harmer, 2007).
Contoh Approach: Seorang guru Bahasa Inggris yang mengadopsi pendekatan communicative akan lebih fokus pada aktivitas-aktivitas yang menstimulasi siswa untuk berbicara dan menggunakan bahasa dalam konteks nyata. Kelas mungkin mencakup aktivitas bermain peran (role-play) di mana siswa harus memesan makanan di restoran dalam bahasa Inggris. Tujuan akhirnya adalah agar siswa dapat berkomunikasi dengan lancar, bukan hanya menghafal struktur kalimat.
2. Method: Prosedur Pengajaran yang Sistematis
Method adalah cara atau prosedur yang sistematis yang digunakan oleh guru berdasarkan approach yang mereka pilih. Jika approach adalah filosofi atau pandangan umum tentang pembelajaran, maka method adalah rencana yang lebih rinci dan terstruktur tentang bagaimana approach tersebut diimplementasikan di kelas (Richards & Rodgers, 2001).
Metode pengajaran melibatkan urutan kegiatan pengajaran, bagaimana interaksi antara guru dan siswa diatur, dan bahan ajar apa yang digunakan. Metode yang berbeda dapat digunakan dalam berbagai pendekatan, tergantung pada apa yang paling efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa methods yang terkenal dalam pengajaran Bahasa Inggris antara lain:
-
Grammar-Translation Method: Metode ini menekankan penerjemahan dan penghafalan aturan tata bahasa. Siswa biasanya belajar dengan menerjemahkan kalimat dari bahasa target ke bahasa asli mereka dan sebaliknya. Fokusnya adalah pada keakuratan tata bahasa dan kosakata, dengan sedikit perhatian pada kemampuan berbicara atau mendengar (Larsen-Freeman & Anderson, 2011).
-
Audio-Lingual Method: Metode ini berdasarkan behaviorism dan menggunakan pengulangan serta latihan (drills) untuk membentuk kebiasaan bahasa. Siswa diajarkan pola-pola kalimat tertentu yang mereka ulangi sampai menjadi otomatis (Richards & Rodgers, 2001).
-
Direct Method: Dalam metode ini, bahasa target digunakan sepenuhnya di dalam kelas, tanpa penerjemahan ke bahasa asli. Siswa diajak untuk berpikir dan berbicara langsung dalam bahasa target melalui percakapan alami dan penggunaan alat bantu visual (Harmer, 2007).
-
Task-Based Language Teaching (TBLT): Ini adalah metode yang berfokus pada penyelesaian tugas-tugas nyata. Siswa belajar bahasa Inggris dengan melakukan tugas-tugas yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti mengisi formulir atau membuat rencana perjalanan (Brown, 2000).
Contoh Method: Seorang guru yang menggunakan Grammar-Translation Method mungkin memberikan siswa teks bahasa Inggris dan meminta mereka menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Setelah itu, mereka akan diminta untuk mengidentifikasi aturan tata bahasa yang digunakan dalam teks dan menjawab pertanyaan tentang struktur kalimat.
Di sisi lain, jika seorang guru memilih Task-Based Language Teaching, mereka mungkin meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil untuk merencanakan perjalanan menggunakan bahasa Inggris, mengisi dokumen perjalanan, dan mempresentasikan rencana mereka di depan kelas.
3. Technique: Strategi atau Aktivitas Spesifik di Kelas
Technique adalah tindakan atau strategi spesifik yang digunakan di kelas untuk menerapkan method dan approach. Techniques adalah alat praktis yang digunakan guru dalam pengajaran sehari-hari untuk membantu siswa memahami materi (Larsen-Freeman & Anderson, 2011). Mereka bisa berupa aktivitas, tugas, atau alat bantu pengajaran yang mendukung method yang diterapkan.
Setiap metode pengajaran dapat mencakup berbagai techniques yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan situasi kelas. Techniques adalah unsur paling konkret dalam proses pembelajaran, dan mereka sering kali merupakan hal yang dilihat langsung oleh siswa dalam pengajaran sehari-hari.
Beberapa contoh techniques dalam pengajaran Bahasa Inggris:
-
Drills (Latihan Berulang): Digunakan dalam metode audio-lingual, di mana siswa diminta mengulang pola kalimat atau frasa tertentu secara berulang-ulang hingga mereka terbiasa dengan strukturnya (Richards & Rodgers, 2001).
-
Role-plays (Bermain Peran): Digunakan dalam pendekatan communicative, teknik ini melibatkan siswa bermain peran dalam situasi kehidupan nyata, seperti melakukan percakapan di restoran atau di bandara, untuk melatih kemampuan berbicara dan interaksi sosial (Harmer, 2007).
-
Dictogloss (Dicto-Gloss): Teknik ini melibatkan siswa mendengarkan sebuah teks yang dibacakan oleh guru, kemudian mereka mencoba menulis ulang teks tersebut menggunakan kata-kata mereka sendiri. Ini membantu meningkatkan keterampilan mendengar dan menulis (Larsen-Freeman & Anderson, 2011).
-
Flashcards (Kartu Bergambar): Digunakan dalam metode direct, kartu bergambar dapat membantu memperkenalkan kosakata baru atau memfasilitasi diskusi tentang topik tertentu (Richards & Rodgers, 2001).
Contoh Technique: Dalam kelas yang menggunakan Communicative Approach dengan Task-Based Learning Method, seorang guru mungkin menggunakan teknik role-play untuk membantu siswa memahami situasi nyata. Misalnya, siswa bisa diminta untuk bermain peran sebagai turis yang sedang bertanya arah di kota asing. Aktivitas ini tidak hanya membantu siswa mempraktikkan kosakata dan frasa yang relevan, tetapi juga mendorong interaksi antar siswa dalam bahasa target.
Penerapan dalam Pengajaran Bahasa Inggris di Kelas
Untuk mengilustrasikan penerapan ketiga komponen ini dalam pengajaran Bahasa Inggris, berikut adalah skenario di kelas:
Seorang guru memilih pendekatan constructivism, di mana pembelajaran bahasa dianggap sebagai proses aktif di mana siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman. Berdasarkan pendekatan ini, guru memilih metode task-based learning yang mengutamakan tugas-tugas yang relevan dengan kehidupan nyata.
Di dalam kelas, guru merancang aktivitas di mana siswa harus bekerja dalam kelompok untuk merencanakan sebuah acara sekolah. Siswa diharuskan untuk berdiskusi, membuat daftar tugas, dan membagi peran menggunakan bahasa Inggris. Untuk membantu proses ini, guru menggunakan teknik role-play, di mana siswa bertindak seolah-olah sebagai panitia acara yang harus berkoordinasi dan bernegosiasi dalam bahasa Inggris.
Aktivitas ini mencerminkan integrasi yang baik antara approach, method, dan technique. Approach yang digunakan adalah constructivism, method yang diterapkan adalah task-based learning, dan technique yang digunakan adalah role-play. Semua elemen ini saling terkait untuk menciptakan pengalaman belajar yang efektif dan bermakna bagi siswa.
Kesimpulan
Dalam pengajaran Bahasa Inggris, memahami perbedaan dan hubungan antara approach, method, dan technique adalah kunci untuk merancang pengajaran yang efektif. Approach berfungsi sebagai dasar filosofis atau teoretis yang memandu keputusan pengajaran, method adalah prosedur terstruktur yang diambil berdasarkan approach, dan technique adalah alat atau strategi spesifik yang digunakan di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan memahami dan menggunakan ketiga komponen ini dengan benar, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bervariasi, efektif, dan relevan dengan kebutuhan siswa.
Referensi
Brown, H. D. (2000). Principles of language learning and teaching (4th ed.). Longman.
Harmer, J. (2007). The practice of English language teaching (4th ed.). Pearson Longman.
Larsen-Freeman, D., & Anderson, M. (2011). Techniques and principles in language teaching (3rd ed.). Oxford University Press.
Richards, J. C., & Lockhart, C. (1996). Reflective teaching in second language classrooms. Cambridge University Press.
Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2001). Approaches and methods in language teaching (2nd ed.). Cambridge University Press.