Doni Oka Syahriza, S.Pd., Guru Kimia MAN 1 Bandar Lampung
Melodi Kimia Sang Pengembara Di sebuah sudut Kota Medan, pada tanggal 15 Oktober 1994, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak akan menapaki hidup dengan langkah lembut namun pasti. Ia bernama […]

Melodi Kimia Sang Pengembara

Di sebuah sudut Kota Medan, pada tanggal 15 Oktober 1994, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak akan menapaki hidup dengan langkah lembut namun pasti. Ia bernama Doni Oka Syahriza putra pertama dari Ibu Elvina Susilawati Nasution dan Bapak M. Arifin, namun dunia mengenalnya dengan sapaan sederhana: Pak Oka. Nama yang kelak akan menggema di ruang-ruang kelas sebagai suara penuntun ilmu dan harapan. Masa kecilnya adalah kisah perpindahan dan pencarian. Dari TK kecil di Medan Area hingga menjejak tanah Dumai dan Pekanbaru. Ia menjalani tahun-tahun awalnya seperti pengembara cilik yang belajar memahami dunia dari banyak sudut pandang.
Di balik setiap bangku sekolah yang ia tempati, tumbuh benih cinta terhadap suatu ilmu, yang kelak bermuara pada satu kata Ilmu Kimia. Perjalanan pendidikannya berlanjut di SMPN 27 Pekanbaru hingga bangku SMA di MAN 3 Medan, dan kemudian menuju Universitas Negeri Medan dengan jalur masuk SNMPTN dengan prodi Pendidikan Kimia, tempat ia menempa diri menjadi seorang pendidik sejati. Di sana pula, ia bukan hanya menghafal rumus dan reaksi, tapi juga belajar menjadi manusia yang kelak bisa menyentuh hati murid-muridnya dengan ketulusan dan dedikasi.
Namun Pak Oka bukan hanya guru. Ia adalah jiwa yang mencintai musik dan laut. Baginya, pantai adalah tempat di mana ia bisa berdialog dengan sunyi, dan musik adalah jembatan menuju kedamaian batin. Dalam sepinya, ia tak merasa hampa. Ia suka diam, menyendiri, dan mendengarkan alunan nada yang seolah membisikkan jawaban-jawaban kehidupan.
Di tahun 2012, ia pernah mengejar mimpi yang berbeda dan mendaftar sebagai peserta pencarian bakat audisi Indonesian Idol. Sebuah pengalaman yang, meski tak mengubah takdirnya, meninggalkan jejak manis dalam lembar hidupnya. Di balik senyum tenangnya, tersimpan segenggam cerita lucu, seperti saat ia tertidur di laboratorium Kimia Anorganik karena lelah menyusun laporan, dan mendapati dirinya terkunci di dalam, terpaksa berteriak demi bisa keluar. Tertawa mengenangnya, ia tahu hidup tak selalu harus serius.
Tahun 2018 adalah babak baru. Ia resmi menjadi guru, seorang pengajar yang tak hanya menanamkan ilmu, tetapi juga harapan. Dan sejak 2021 tepat pada tanggal 4 Januari , ia telah menjadi bagian dari keluarga besar MAN 1 Bandar Lampung karena Lulus Tes CPNS, menaburkan ilmu dan semangat pada setiap langkah siswa yang ditemuinya.

Kebanggaan terbesar dalam perjalanan sebagai guru adalah ketika ia melihat siswanya meraih juara dalam kompetisi. Bukan karena piala semata, tetapi karena ia tahu: di balik itu, ada benih ilmu yang tumbuh dan berbunga.
Ia adalah suami dari Aisyah Mardini, pendamping hidup yang setia menemani perjalanan panjangnya. Bersama, mereka menulis kisah rumah tangga yang hangat dan sederhana.
Moto hidupnya mengalir tenang namun kuat: “Orang yang tidak pernah menyerah, akan lebih sulit untuk dikalahkan.” Dan dalam setiap gerak dan diamnya, Pak Oka membuktikan bahwa ketekunan dan ketulusan adalah kunci yang membuka pintu pengaruh dalam dunia pendidikan.
