Home Guru Kimia Dra. Efriyenti, Guru Kimia MAN 1 Bandar Lampung
Guru Kimia

Dra. Efriyenti, Guru Kimia MAN 1 Bandar Lampung

Dra. Efriyenti, Guru Kimia MAN 1 Bandar Lampung Dra. Efriyenti merupakan salah satu guru Kimia di MAN 1 Bandar Lampung. Ia dilahirkan pada tahun 1968 sebagai anak bungsu dari empat […]

Dra. Efriyenti

Dra. Efriyenti, Guru Kimia MAN 1 Bandar Lampung

Dra. Efriyenti

Dra. Efriyenti merupakan salah satu guru Kimia di MAN 1 Bandar Lampung. Ia dilahirkan pada tahun 1968 sebagai anak bungsu dari empat bersaudara di sebuah kampung kecil bernama Padang Tae, yang terletak di Kenagarian Amping Parak, Kecamatan Batang Kapas. Kini, wilayah tersebut telah dimekarkan menjadi Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Kampung halamannya berada dekat dengan pantai yang sangat indah. Pesisirnya berpasir putih, air lautnya jernih berwarna biru, dengan ombak yang terkadang lembut namun juga bisa menggelora—membangkitkan semangat layaknya alunan ombak. Ombak itu menciptakan suara yang menenangkan, seolah menari-nari di atas pasir. Pantai ini juga menawarkan pemandangan sunset yang memukau, ketika langit berubah menjadi kanvas penuh warna yang berpadu indah dalam harmoni sempurna—hangat dan memesona. Inilah sedikit gambaran tentang kampungnya tercinta.

Efriyenti kecil tumbuh dalam keluarga yang sangat penuh perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua dan ketiga kakaknya. Karena jarak usia 13 tahun dengan kakak ketiganya, Efriyenti menjadi anak kesayangan di keluarga. Ia dipanggil dengan nama kesayangan “Een” oleh keluarga, saudara, teman sekolah, dan teman kuliahnya. Setelah menjadi guru, semua murid dan rekan kerjanya memanggilnya “Bu Efri”.

Di MAN 1 Bandar Lampung

Ayah dan ibunya, yang dipanggil “Amak” dan “Abak”, adalah petani yang sangat ulet menggarap sawah dan ladang. Efriyenti merasa sangat beruntung dan bersyukur memiliki orang tua yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan. Pada masa itu, belum banyak orang tua yang mengupayakan pendidikan tinggi untuk anak-anaknya. Ia tak pernah lupa untuk senantiasa mengirimkan doa kepada kedua orang tuanya yang telah kembali ke haribaan Allah SWT—memohon agar dosa dan khilaf mereka diampuni, alam kuburnya dilapangkan, dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

Amaknya sering mengungkapkan keinginan agar kehidupan anak-anaknya kelak lebih mudah dan lebih baik dibandingkan dengan kehidupan beliau, dan jalan untuk itu adalah melalui pendidikan formal yang baik.

Masa kecil Efriyenti dijalani dengan penuh kebahagiaan, bermain dengan teman-teman sebaya. Saat itu belum ada gadget, sehingga permainan tradisional menjadi hiburan utama. Efriyenti kecil selalu unggul dalam berbagai permainan, salah satunya congklak yang sangat ia gemari karena melibatkan olah pikir untuk memenangkannya. Ia juga senang mencari buah kemunting, yang rasanya manis dan khas—hingga kini masih membekas dalam ingatan. Buah nipah juga menjadi makanan favorit saat kecil, meskipun kini mungkin sudah tak diminati anak-anak zaman sekarang.

Lorem ipsum dolor sit amet

Efriyenti mulai masuk SD pada Januari 1975, saat tahun ajaran baru masih dimulai di awal tahun. Jarak ke sekolah sekitar 1 km ditempuhnya dengan berjalan kaki bersama teman-teman. Rasa senang membuat perjalanan terasa dekat dan ringan.

Efriyenti kecil memiliki minat baca yang sangat tinggi. Setiap Sabtu, ia selalu meminjam beberapa buku cerita anak-anak, bahkan rela menggunakan uang jajannya untuk membayar uang administrasi perpustakaan sekolah. Prestasinya mulai tampak sejak SD, berkat kecintaannya terhadap belajar dan membaca. Bahkan koran bekas pembungkus cabe yang dibawa amak dari pasar pun dibacanya, karena pada masa itu koran sangat terbatas. Salah satu buku yang sering ia baca adalah Himpunan Pengetahuan Umum (HPU). 😀

Lorem ipsum dolor sit amet

Kegemaran membaca dan semangat belajarnya mengantarkan Efriyenti menjadi peraih nilai akhir terbaik kelompok putri di kecamatan. Ia terpilih mewakili kecamatan bersama satu siswa putra terbaik untuk mengikuti seleksi siswa teladan tingkat kabupaten, dan Alhamdulillah, ia meraih peringkat ketiga di Kabupaten Pesisir Selatan.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Standar Surantih, yang berjarak 6 km ke arah utara dari rumahnya. Setiap hari ia naik sepeda bersama teman-teman, dan meskipun cukup jauh, semuanya dijalani dengan santai dan bahagia tanpa keluhan. Ia masuk di kelas 1A bersama siswa-siswa terbaik dari SD masing-masing.

Guru-guru di SMP tersebut banyak yang masih muda dan baru lulus dari IKIP Padang. Dari sinilah muncul cita-cita Efriyenti muda untuk menjadi guru SMA, terinspirasi oleh semangat dan dedikasi para guru SMP-nya. Ia menyelesaikan pendidikan SMP pada tahun 1984 dengan prestasi akademik yang tetap baik. Namun, ia menyadari ada dua mata pelajaran yang sulit ia kuasai, yaitu Pendidikan Seni dan Pendidikan Jasmani.

Efriyenti melanjutkan pendidikannya ke SMAN Lengayang yang juga berjarak 6 km, kali ini ke arah selatan. Ia tetap naik sepeda setiap hari bersama teman-temannya. Meski harus pulang di bawah terik matahari yang menyengat, ia tetap santai dan tak pernah merasa risih meskipun kulit menjadi gelap.

Di SMA, Efriyenti semakin giat belajar. Saat itu rumahnya belum memiliki listrik, sehingga ia belajar malam hari hanya dengan penerangan lampu minyak tanah. Cahaya yang terbatas sering membuat wajahnya hitam karena terkena jelaga—sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Ia tidak pernah terlambat ke sekolah dan tidak pernah membolos.

Berkat semangat belajar yang tinggi, Efriyenti berhasil meraih prestasi akademik terbaik dan menjadi juara umum dari kelas 1 hingga 3. Ia tetap konsisten dengan cita-citanya menjadi guru, dan memilih jurusan Kimia karena sangat mencintai pelajaran tersebut, meskipun guru Matematika menyarankannya untuk masuk jurusan Matematika. Ia pun meraih NEM terbaik di sekolah saat menyelesaikan pendidikan SMA.

Lorem ipsum dolor sit amet

Setelah lulus, Efriyenti melanjutkan pendidikan ke IKIP Padang jurusan Pendidikan Kimia, sesuai dengan minat dan cita-citanya. Untuk pertama kalinya ia hidup terpisah dari orang tua dan mulai belajar hidup mandiri dengan tinggal di kos. Berkat bantuan dari kakak-kakaknya, Alhamdulillah ia dapat fokus belajar tanpa mengalami kesulitan berarti.

Dalam tulisan ini, Efriyenti ingin mengungkapkan rasa cinta dan terima kasih yang tak terhingga kepada uni Jariniswati, Rabanis, dan udanya, almarhum Alimunar, yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang. Ia berharap semua itu menjadi amal jariyah bagi kakanda-kakandanya. Setelah perjuangan yang cukup berat, Alhamdulillah Efriyenti menyelesaikan pendidikan S1 pada awal tahun 1992.

Selanjutnya fase kehidupan baru pun dimulai. Efriyenti hijrah dari kampung halaman ke Lampung Selatan, mengikuti kakak perempuannya yang tinggal di sana. Ia mengawali karier sebagai guru honorer di SMA Utama Bakti, Kecamatan Sragi, selama tiga tahun. Di tahun ketiga itulah ia bertemu dengan sang pujaan hati, Dasril—seorang pria dewasa, tampan, dan baik hati (karena sedang jatuh cinta, katanya, hehe). Mereka menikah pada Mei 1995 dan dikaruniai tiga orang putri: Filia Nurul Dasti, Hafidzah Oksa Melliana, dan Arifah Putri Desenia yang melengkapi kebahagiaan mereka.

Alhamdulillah, pada tahun yang sama dengan tahun pernikahannya, Efriyenti juga mendapatkan SK CPNS dari Kementerian Agama setelah mengikuti serangkaian tes seleksi. Ia ditempatkan sebagai guru Kimia di MAN Krui, yang saat itu masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat. Setelah empat tahun mengabdi, pada tahun 1999, ia pindah ke MAN 1 Bandar Lampung dan mengajar di madrasah tersebut hingga sekarang.

Efriyenti merasa sangat beruntung dan bersyukur menjadi bagian dari keluarga besar MAN 1 Bandar Lampung. Tempat yang nyaman, rekan kerja yang baik, guru-guru hebat, dan siswa-siswa cerdas membuatnya mensyukuri pilihannya menjadi guru. Ia berusaha menjadi guru yang memberi contoh kedisiplinan kepada para siswa dan selalu mengajak mereka untuk menanamkan kebiasaan disiplin demi mempermudah jalan kehidupan.

Ia percaya pada kalimat bijak:
“Disiplin adalah fondasi dari semua kesuksesan.”
“Tanpa disiplin, impian hanya akan menjadi impian.”

Efriyenti ingin terus mengabdikan dirinya sebagai guru hingga masa purnanya pada tahun 2028. Meskipun tidak semua hal menyenangkan dalam membimbing dan mendidik siswa dengan berbagai karakter, namun Efriyenti sungguh sangat bahagia menjalaninya. Ia berharap semua ilmu yang telah ia berikan menjadi ilmu yang bermanfaat, tercatat sebagai amal yang baik, dan menjadi amal jariyah di hari perhitungan kelak.

Previously

Hudri, S.Ag., Guru Bahasa Arab MAN 1 Bandar Lampung

Next

Dr. Lukman Hakim, S.Pd., M.M., The Principal of MAN 1 Bandar Lampung (2021- ....)

MDC

MDC