Asyikin, M.Pd., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia MAN 1 Bandar Lampung
Asyikin, M.Pd., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia MAN 1 Bandar Lampung “Menjadi guru itu seperti menjadi pensil warna-warniDipinta atau tidak tetap akan mewarnai kehidupan murid-muridnyaSemoga kehadiranku dapat turut memperindah kehidupan […]

Asyikin, M.Pd., Guru Bahasa dan Sastra Indonesia MAN 1 Bandar Lampung
“Menjadi guru itu seperti menjadi pensil warna-warni
Dipinta atau tidak tetap akan mewarnai kehidupan murid-muridnya
Semoga kehadiranku dapat turut memperindah kehidupan mereka”

Asyikin, atau biasa disapa Ikin, lahir di Kampung Sawah Brebes, Tanjungkarang, pada 04 November 1967. Setelah lulus SMA YP Unila melanjutkan pendidikan di Universitas Bengkulu pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diangkat sebagai guru PNS dan bertugas mengajar di MAN 1 Bandarlampung sejak tahun 1998 hingga sekarang. Pada tahun 2000-2002 melanjutkan pendidikan pada program Pascasarjana Universitas Negeri Padang jurusan Teknologi Pendidikan melalui program beasiswa Kementerian Agama – Asian Development Bank. Beberapa aktivitas di bidang pendidikan madrasah yang pernah dilalui selain menjadi guru antara lain; penulis kisi-kisi dan naskah soal Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2005 di Bogor, trainer pembelajaran kontekstual (Training of Trainers Contextual Teaching and Learning di Bandung 2005) dan Tim Mentor MDC (Madrasah Development Center) Lampung pada program Percepatan Akreditasi Madrasah melalui School System and Quality (SSQ) – Australia`s Education Partnership with Indonesia (AEPI) wilayah kerja Lampung Utara tahun 2012-2014.
Sewaktu remaja sangat gemar membaca novel cerita silat (Cersil) Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 karya Bastian Tito, tetapi tokoh yang dikagumi bukanlah ‘Wiro Sableng’ sang tokoh utama yang jago silat dan sakti, melainkan tokoh berjuluk “Kakek Segala Tahu”. Tokoh tersebut kesehariannya menjadi andalan bagi siapapun yang bertanya terutama pengelana yang tersesat. Karakternya cerdas berwawasan luas dan tentu saja sakti “Kaweruh sak durunge winarah” atau tahu sebelum terjadi. Setiap pertanyaan selalu mendapat jawaban secara jelas, lugas, dan disampaikan dengan gaya yang riang, ikhlas tanpa berharap balas. Kehadirannya saat itu dibayangkan seperti kamus berjalan bahkan bak perpustakaan berjalan. Belakangan ketika menjadi guru baru tahu bahwa karakter tokoh “kakek segala tahu” pada novel cersil itu dalam dunia pendidikan berasosiasi erat dengan karakter dan kompetensi yang harus melekat pada profesi seorang guru.
Menjadi guru di MAN 1 Bandarlampung itu jangan pernah merasa sudah kaya ilmu dan malas berliterasi kecuali ingin menjadi guru yang biasa-biasa saja di hadapan peserta didik yang sangat luar biasa. Tuntutan pembelajaran pada kurikulum kekinian mensyaratkan keluasan cakrawala pengetahuan guru, bukan hanya menguasai bidang ilmu sesuai mata pelajaran yang diampunya melainkan juga harus memiliki keluasan wawasan ilmu pengetahuan lainnya. Dengan demikian ketika mengajar di kelas tidak semata-mata menyampaikan apa yang tertulis di buku pelajaran secara “Leterlek” (dari bahasa Belanda “letterlijk” yang berarti secara literal), tetapi mampu mengkaji secara mendalam dan holistic, mampu mengaitkan dengan pengetahuan lain yang relevan sehingga pembelajaran benar-benar memiliki kebermaknaan (dalam teori Sosiologi Talcott Parsons disebut fungsional).
Modul Ajar Bahasa Inggris 1, Exposition Text
