Drs. M. Arzan Kamal, Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Bandar Lampung
Drs. M. Arzan Kamal, Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Bandar Lampung Pada Ahad dini hari di tahun 1966, seorang anak laki-laki dilahirkan di sebuah desa di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera […]
Drs. M. Arzan Kamal, Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Bandar Lampung

Pada Ahad dini hari di tahun 1966, seorang anak laki-laki dilahirkan di sebuah desa di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Ia lahir dari pasangan petani yang mengajarkannya nilai kerja keras dan keteguhan hidup sejak mula. Setelah menamatkan pendidikan dasar di kampung halamannya, ia melanjutkan langkahnya ke timur, menimba ilmu di Pondok Modern Gontor, Jawa Timur.
Hidup di perantauan mengajarkannya makna kesederhanaan dan perjuangan. Di tengah gelombang kehidupan, ia belajar untuk tetap tegak, meski badai datang silih berganti. Di Gontor, ia ditempa menjadi pribadi yang tangguh dan kokoh, nilai-nilai yang kelak menjadi fondasi dalam hidupnya.
Setelah menamatkan pendidikan di Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor pada tahun 1985, ia mengabdikan diri di lembaga pendidikan di Sukabumi dan Karawang. Pengabdian ini merupakan bagian dari syarat untuk memperoleh syahadah dari pondok pesantren yang telah mendidiknya. Setahun kemudian, pada 1986, ia diterima sebagai mahasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengambil jurusan Tadris Bahasa Indonesia.
Masa-masa kuliahnya tidak hanya diisi dengan belajar di kampus. Ia tetap melanjutkan pengabdian, kali ini di Pondok Pesantren Nurul Huda, Depok, tempat ia menetap hingga menamatkan studi pada tahun 1990. Dua tahun berselang, pada 1992, ia hijrah ke Bandar Lampung dan mulai mengajar di Pesantren Diniah Putri, yang saat itu masih berada di wilayah Lampung Selatan.

Tahun 1993 menjadi titik penting dalam perjalanan kariernya. Ia memberanikan diri mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di bawah naungan Departemen Agama. Usahanya membuahkan hasil; ia diterima dan resmi menjadi pegawai Kementerian Agama Provinsi Lampung. Penempatan pertamanya adalah di MAN 1 Bandar Lampung.
Di madrasah itu, ia mengawali tugas sebagai pengajar Bahasa Arab untuk Program MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan). Meskipun mata pelajaran yang diajarkannya tidak sepenuhnya sesuai dengan jurusan kuliahnya, ia mampu menjalankannya dengan baik berkat latar belakang pendidikan dari Gontor yang kuat dalam bahasa Arab.

Tak lama setelah mulai mengajar, datang panggilan baru. Ia diminta untuk bergabung dengan Yayasan Al-Kautsar, sebuah lembaga pendidikan Islam yang saat itu tengah dirintis oleh Pemerintah Provinsi Lampung dengan dukungan dari Kanwil Departemen Agama. Di sana, ia tidak hanya mengajar, tetapi juga terlibat aktif dalam membangun dan menata yayasan agar menjadi lembaga pendidikan yang maju dan membanggakan umat Islam di Lampung.
Berkat dedikasi dan kerja keras banyak pihak, Yayasan Al-Kautsar berkembang pesat. Namun, pada Oktober 1998, ia kembali ke kampus Ceria—julukan untuk MAN 1 Bandar Lampung—untuk melanjutkan tugasnya sebagai pendidik. Bagi dirinya, madrasah ini bukan sekadar tempat bekerja, tetapi merupakan aset umat yang harus terus diperjuangkan dan dikembangkan.
